Deloitte dan Azets Diselidiki atas Audit Fintech Stenn yang Bangkrut

London, 10 Juli 2025 | Audit Investigatif | TheAuditorPost.com

Otoritas pengawas akuntansi Inggris, Financial Reporting Council (FRC), telah membuka penyelidikan resmi terhadap pekerjaan audit yang dilakukan oleh dua firma besar, Azets dan Deloitte LLP, atas perusahaan fintech yang kini bangkrut, Stenn Assets UK Ltd. dan Stenn International Ltd. Penyelidikan ini dilakukan menyusul keruntuhan mendadak Stenn pada Desember 2024, yang memicu perhatian luas di kalangan regulator dan pelaku industri keuangan.

Audit yang menjadi fokus pemeriksaan mencakup periode 2017 hingga 2022 yang dilakukan oleh Azets, serta audit tahun 2023 yang dilakukan Deloitte setelah mengambil alih posisi auditor dari Azets. Sebelumnya, posisi auditor Stenn sempat dipegang oleh EY. Namun, EY mengundurkan diri pada tahun 2018 dengan alasan adanya kekhawatiran serius terhadap transaksi pihak terkait yang tidak mendapat penjelasan memadai dari manajemen Stenn.

Stenn, yang pernah mencapai valuasi hampir 900 juta dolar AS dan memperoleh pendanaan dari institusi besar seperti Citigroup dan Barclays, runtuh setelah serangkaian transaksi pembiayaan faktur yang mencurigakan terungkap. Salah satu transaksi yang disorot melibatkan transfer sebesar 1,7 juta dolar AS dari perusahaan yang diduga memiliki kaitan dengan seorang warga negara Rusia yang pernah dihukum. Pendiri Stenn, Greg Karpovsky, disebut-sebut sebagai aktor kunci di balik struktur keuangan perusahaan yang kompleks dan menimbulkan pertanyaan integritas.

Baik Deloitte maupun Azets telah menyatakan komitmen mereka untuk bekerja sama sepenuhnya dengan FRC dalam proses investigasi ini. Dalam pernyataan resminya, Deloitte menegaskan komitmen terhadap kualitas dan kepatuhan terhadap standar audit yang berlaku. Sementara itu, Azets memastikan telah merespons dengan cepat atas permintaan data dan dokumen yang diajukan regulator.

Penyelidikan ini menjadi peringatan penting bagi dunia audit tentang betapa krusialnya peran auditor dalam mengidentifikasi risiko transaksi tidak lazim, khususnya yang melibatkan pihak terkait atau lintas yurisdiksi. Kasus ini juga menyoroti pentingnya proses serah terima antar auditor, terutama dalam konteks perusahaan yang tumbuh cepat di sektor fintech.

FRC memiliki wewenang untuk menjatuhkan sanksi berat kepada auditor yang dinilai lalai dalam menjalankan tugas profesionalnya, termasuk denda, teguran publik, atau bahkan pembatasan praktik. Meski hasil investigasi diperkirakan baru akan diumumkan dalam 6 hingga 12 bulan ke depan, kasus ini telah menarik perhatian luas dan dipandang sebagai ujian integritas serta efektivitas sistem pengawasan audit di Inggris.

Sumber:

  • Financial Times
  • FRC Official Announcement
  • International Accounting Bulletin
Translate »